Langkah Awal 14 Postulan CM Memulai Masa Pendidikan

0
1626

Artikel dan Foto oleh: Petrus Riski

Surabaya – Sebanyak 14 orang pemuda memulai perjalanan pembentukan diri sebagai postulan di Konggregasi Misi (CM) Indonesia, tahun pendidikan 2021/2022, yang diawali dengan masa karantina selama kurang lebih satu minggu di Visma Emaus, Prigen, Pasuruan. Dari 14 orang yang diterima, 7 orang berangkat bersama dari Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria (Kelsapa) Surabaya, Kamis 5 Agustus 2021, yakni 5 orang berasal dari Surabaya, 1 orang dari Nganjuk, dan 1 orang dari Semarang. Sedangkan 7 orang pemuda yang lain berangkat dari luar Jawa, yaitu Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. Sebelum berangkat ke tempat karantina, mereka menjalani tes swab antigen di klinik Pratama Paroki Kelsapa.

Romo Manuel Edi Prasetyo, CM Memberikan Sambutan Sekaligus Mengantar Keberangkatan Para Postulan
Postulan Menjalani Tes Swab Antigen Sebelum Berangkat Menuju Prigen

Selama menjalani masa karantina di Wisma Emaus Prigen, para postulan ini akan didampingi oleh Bruder Emon, CM. Selanjutnya Para postulan ini akan menjalani masa formatio di Pre Seminarium Internum (Postulat) CM di Malang, dibawah bimbingan Rm. Tomas Lastari Hatmoko, CM, dan Rm. Willibrordus Moerdani, CM. Selama masa itu, mereka harus fokus pada pembentukan diri, dan penguatan niat panggilan mereka sebagai calon imam atau pastor.

“Postulan itu istilahnya kalau di mobil, ya di tune-up, agar tahap selanjutnya dapat berjalan lancar. Ada yang perlu dikuatkan, seperti motivasi atau niat, itu yang penting,” kata Romo Moerdani, CM.

Menurut Romo Moerdani, menggali dan menguatkan kembali niat atau motivasi untuk menjadi seorang imam adalah sangat penting, untuk memastikan langkah selanjutnya di jalan panggilan khusus sebagai seorang imam. Menurutnya, motovasi atau niat harus lahir dari diri sendiri, tanpa paksaan atau dorongan orang lain yang lebih besar.

“Kalau niat itu dari orang lain, ya diberi tahu lebih baik tidak lanjut. Niat itu sangat penting,” imbuhnya.

Selain niat atau motivasi, selama masa postulat, para pemuda ini akan dibina dan digali pada sisi imannya, kemampuan-kemampuan yang mendasar, serta tentang kepribadian. Akan dilihat bagaimana daya tahan mereka dalam menghadapi setiap tantangan.

“Yang penting niatnya harus kuat, kalau niatnya kuat masih bisa. Tapi kalau niatnya tidak jelas dan setengah hati itu yang susah. Dia akan menderita karena harus dipacu terus. Selain itu juga melihat karakter dan bagaimana mereka mampu hidup mandiri dan bersosialisasi dengan orang lain,” ujar Romo Moerdani.

7 Orang Postulan Berfoto Bersama di depan Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria
Foto Bersama Para Postulan, Orang Tua dan Romo

Menurut Romo Moerdani, menggali dan menguatkan kembali niat atau motivasi untuk menjadi seorang imam adalah sangat penting, untuk memastikan langkah selanjutnya di jalan panggilan khusus sebagai seorang imam. Menurutnya, motovasi atau niat harus lahir dari diri sendiri, tanpa paksaan atau dorongan orang lain yang lebih besar.

“Kalau niat itu dari orang lain, ya diberi tahu lebih baik tidak lanjut. Niat itu sangat penting,” imbuhnya.

Selain niat atau motivasi, selama masa postulat, para pemuda ini akan dibina dan digali pada sisi imannya, kemampuan-kemampuan yang mendasar, serta tentang kepribadian. Akan dilihat bagaimana daya tahan mereka dalam menghadapi setiap tantangan.

“Yang penting niatnya harus kuat, kalau niatnya kuat masih bisa. Tapi kalau niatnya tidak jelas dan setengah hati itu yang susah. Dia akan menderita karena harus dipacu terus. Selain itu juga melihat karakter dan bagaimana mereka mampu hidup mandiri dan bersosialisasi dengan orang lain,” ujar Romo Moerdani.

Setelah satu tahun menjalani masa postulat, para pemuda ini akan memasuki masa novisiat, dimana mereka akan mulai diajak mengenal tentang tarekat dan kehidupan di CM.

Romo Visitator Konggregasi Misi Provinsi Indonesia, Rm. Manuel Edi Prasetyo, CM, mengucapkan terima kasih kepada para orang tua yang berkenan mempersembahkan putra-putranya kepada Tuhan, untuk dibentuk dan dididik dalam Konggregasi Misi.

Romo Edi berpesan agar orang tua meskipun tidak lagi dapat bertemu dengan anak-anak mereka, tetap selalu mendoakan agar Tuhan sendiri yang menyertai mereka. Orang tua diminta tidak khawatir terhadap anak-anak mereka selama masa pendidikan, karena konggregasi akan menjaga dan merawat anak-anak mereka dengan baik. “Ibu dan bapak tidak bisa menyertai mereka, tetapi Tuhan yang menyertai mereka melalui doa-doa ibu bapak sekalian. Kami akan berusaha untuk menjaga dan merawat anak-anak untuk hidup mereka dan panggilan mereka. Terima kasih. Selamat berjuang untuk para seminaris,” ujar Romo Edi CM.

Para Postulan Memasukkan Tas dan Barang-Barang Bawan ke Dalam Mobil Sebelum Berangkat
Beberapa Postulan yang Berada di Dalam Mobil dan Siap Berangkat