5 KEUTAMAAN VINSENSIAN

1. Rendah Hati (Humility) keutamaan yang menggerakkan kita untuk mengakui sebagai ciptaan yang kecil dihadapan Allah yang Maha besar. Melalui kerendahan hati kita mengakui keterbatasan diri kita, dan memandang Allah sebagai pencipta semua kebaikan sehingga menggerakkan kita untuk datang kepada Allah dan bersyukur atas pemberiannya dan menggunakannya untuk melayani sesama. Bersyukur atas anugerah-anugerah yang diterima dari Allah. Dengan keutamaan ini, para Vinsensian juga terbantu untuk melihat wajah Allah dalam diri orang miskin.

Yesus berkata, “Belajarlah padaku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati.” Kerendahan hati adalah dasar spiritualitas Injil. Kerajaan Allah adalah milik orang-orang yang miskin di hadapan Allah. Tuhan menentang orang yang sombong; dia membangkitkan orang yang rendah hati. Kita harus berdiri di hadapan Tuhan dengan rendah hati dalam doa kita sehari-hari, dan memiliki sikap seorang hamba.

2. Kesederhanaan (Simplicity) berasal dari kata simplex (satu lapis) berarti bukan duplex atau triplex, tidak mendua hati. Artinya hanya memiliki satu intensi tunggal yakni mengatakan kebenaran dan melakukan kehendak Allah. Dalam hidup sehari-hari keutamaan ini adalah tentang memilih cara Allah untuk melakukan segala sesuatu, melihat dan menilai segala hal dari sudut pandang Kristus bukan dari kebijaksanaan duniawi; dan bukan dari pemikiran kita sendiri. Simplex juga berarti berkata apa adanya, jujur, dengan sederhana, dan tidak berlapis-lapis. Hal ini membantu para Vinsensian untuk menyapa, mendekati orang-orang miskin dan terpinggirkan dengan bahasa dan perilaku yang sederhana dan mudah dipahami.

Inilah kebajikan yang paling disukai St. Vinsensius. “Ini adalah Injil saya,” katanya. St. Vinsensius menggambarkan kesederhanaan: “Yesus, Tuhan, mengharapkan kita memiliki kesederhanaan seperti seekor merpati. Hal ini berarti memberikan pendapat yang lugas tentang segala sesuatu berdasarkan cara kita melihatnya secara jujur, tanpa keraguan yang tidak perlu. Hal ini juga berarti melakukan sesuatu tanpa adanya transaksi ganda atau manipulasi, niat kita hanya terfokus pada Tuhan”. Dalam praktiknya, keutamaan ini adalah tentang memilih cara yang lugas dan benar dalam melakukan sesuatu.” (CR 11, 4-5.)

3. Lemah lembut (Meakness). Ini adalah keutamaan untuk mengontrol amarah yang meluap-luap dan negatif.  Bukan berarti kita tidak boleh marah, tetapi keutamaan ini melatih kita untuk tidak menggunakan kata-kata yang kasar yang dapat merusak relasi dan persahabatan. Dengan bersikap lemah lembut bukan berarti membuat kita ‘lembek’ dan tidak berdaya. Dengan mempraktikkan kelemah lembutan kita diajak untuk membuka diri kita kepada semua orang dan menjalin realsi dengan mereka dengan sikap yang ramah dan bersahabat. Ini juga merupakan salah satu bentuk buah dari Kasih yang sejati.

Yesus berkata bahwa orang yang lemah lembut akan berbahagia. St Vinsensius memercayai firman Tuhan ini dan keutamaan ini sangat membantu kita berelasi dengan orang lain, terutama yang miskin. Sikap kelemahlembutan kita akan berkembang menjadi kehangatan, mudah didekati, keterbukaan, rasa hormat yang mendalam terhadap orang lain. St. Vinsensius mengaku bahwa dia pada dasarnya mudah tersinggung, maka dia meminta Tuhan untuk mengubah hatinya: “Berilah aku roh yang baik hati dan ramah…” (lihat Abelly, U. 111, 177-178.)

4. Matiraga (Mortification) adalah tindakan penyangkalan diri. Artinya kita melatih diri kita untuk tidak selalu mengikuti apa-apa yang disukai oleh natura atau kodrat kita. Menolak segala macam kesenangan diri yang merugikan kehidupan kita karena dapat menjauhkan diri dari Kasih Yesus, dan mementingkan kepentingan orang lain terutama yang membutuhkan. Vinsensius menghubungkan matiraga dengan sikap lepas bebas dari segala yang mengikat kita. Segala yang kita jalankan hanya untuk mencintai Allah, untuk menyesuaikan keputusan kita pada Allah dan menyerahkan kehendak kita pada Allah. 

Keutamaan ini melatih kita untuk menunjukkan solidaritas dengan orang lain dan membantu mereka memenuhi kebutuhannya. Kita juga bisa belajar bersikap toleran terhadap orang lain. Menjadi terbiasa menyalurkan seluruh tenaga untuk kebaikan sesama dan kebaikan bersama.

St Vinsensius mengajak kita para Vinsensian untuk setia pada tugas kita dalam melayani orang miskin, dan memilih mementingkan kebutuhan mereka, di atas hal-hal yang bertentangan dengan hal-hal lain yang lebih menyenangkan diri kita .

5. Menyelamatkan jiwa ( Zeal for Souls) artinya dengan semangat yang berkobar, dalam bimbingan Roh Kudus, menyelamatkan umat manusia dan menariknya kembali ke dalam hubungan yang benar dengan Allah. Kasih dan kerahiman Allah menunjukkan kehendak-Nya untuk mendamaikan manusia dengan Allah. “Jika kasih Allah adalah api, maka semangat (hati yang berkobar) untuk menyelamatkan jiwa-jiwa adalah nyalanya (XII, 307-308) Semangat hati yang berkobar-kobar untuk mencintai Allah dengan bersedia diutus pergi ke mana saja untuk meluaskan Kerajaan Allah. Iman yang kuat, berkomitmen pada misi, mampu menyebar melalui kekuatan kesaksiannya.

Keutamaan ini juga terkait dengan kesediaan total untuk menyerahkan diri pada kehendak Tuhan. Kasih yang penuh gairah kepada Allah, Bapa kita, dan kepada orang-orang yang paling membutuhkan. Ini adalah sebuah bentuk Cinta yang nyata, Cinta yang berkobar, Cinta yang tersebar luas, Cinta yang memiliki komitmen. St. Vinsensius berkata: “Marilah kita memohon kepada Tuhan agar mengobarkan dalam hati kita kerinduan untuk mengabdi kepada-Nya…” (SV XI, 75.) Maka kita harus berusaha menjalani kehidupan yang seimbang, agar kita mempunyai energi yang memupuk semangat ini.

Beberapa sumber:

https://vinformation.org/en/wp-content/uploads/sites/8/2017/11/five-virtues.pdf

Di bawah ini adalah tulisan Rm. Robert P. Maloney (mantan Superior General CM), tentang 5 Keutamaan Vinsensian yang sangat komprehensif, yang disusun berdasarkan surat-surat St. Vinsensius a Paulo. Silakan klik link di bawah untuk mengunduh dokumennya.