Beberapa Pokok Spiritualitas Vinsensius (Dialog)

0
3162

Oleh: Kelompok Studi Vinsensian Puteri Kasih

♥ Spiritualitas Vinsensius adalah spiritualitas yang mengarah kepada suatu tindakan (aksi), suatu spiritualitas yang membuka mata kita untuk melihat dengan tajam di sekitar kita, di umat dan masyarakat sekeliling kita. Kita menjadi terbuka dengan apa yang terjadi dalam hidup kita sehari-hari.

Apa yang dilihat dan apa yang dibuat?

♥ Pengikut-pengikut Vinsensius sudah terlatih untuk melihat dan memperhatikan kaum miskin, kecil dan terlantar.

Mengapa kaum miskin, kecil dan terlantar menarik perhatian seorang Vinsensian?

♥ Karena seorang Vinsensian sudah mengalami bahwa Kristus hadir dalam diri mereka, maka bagi Vinsensian Kristus itu sangat konkrit. Mereka dapat memegang-Nya, memeluk-Nya dan mengulurkan tangan kepada-Nya untuk membantu-Nya dan menunjukkan cinta kepada-Nya dalam hidup sehari-hari.

Kata Vinsensius :

“Kamu harus yakin bahwa tidak ada rugi bagi kamu, bila kamu harus meninggalkan acara doamu dan perayaan ekaristi untuk mengunjungi orang-orang miskin, karena kamu mengunjungi Allah bila kamu mengunjungi dan melayani orang miskin. Kamu harus melihat Allah dalam diri orang miskin”

Maka dapat terjadi bahwa seorang Vinsensian harus “meninggalkan Allah untuk menjumpai Allah”

Siapa yang miskin, kecil dan terlantar?

♥ Menurut Vinsensius kita dapat mengalami Kristus dalam diri orang yang menderita, miskin, kecil dan terlantar bila kita berkontak antar pribadi dengan mereka, berkontak dari hati ke hati. Untuk itu hendaknya kita menghindari sikap melayani orang dari atas ke bawah. Pelayanan hendaknya kita lakukan dalam suasana relasi dengan saudara-saudari kita. Bahkan Vinsensius mengharapkan kita memperlakukan dan menganggap kaum miskin sebagai tuan dan majikan kita.

Orang miskin Majikan dan tuan?

♥ Vinsensius membimbing kita untuk selalu memperhatikan hati orang yang kita layani. Kita diajak untuk memandang orang miskin itu seperti ia dilihat oleh Allah: Siapakah orang ini sebenarnya? siapa namanya? apa yang bisa dibuat sekarang untuk menolong dia? Maka pelayanan kit ditentukan oleh kebutuhan si miskin. Kita hendaknya memperhatikan hatinya dan kebutuhannya yang terdalam. Bukankah dia tuan dan majikan kita? Maka setiap kali kita bertemu orang miskin yang menengadah kepada kita dan kita melihat matanya, kita harus berbuat sesuatu bagi dirinya entah bagaimana, karena saat itu dia menjadi majikan kita.

Vinsensius mengatakan :

“Ingatlah bahwa tugasmu yang utama, yang diminta Tuhan dari kamu adalah melayani orang miskin. Merekalah tuan-tuan kita; merekalah majikan kita. Oleh karena itu kamu harus menghadapi mereka dengan ramah dan penuh perhatian.”

“Suster- Susterku[1], bersikaplah halus dan lembut dalam pergaulanmu dengan orang miskin. Kalian tahu bahwa merekalah tuan dan majikan kita. Kita harus mencintai mereka dengan manis dan halus serta menghormati mereka.Tidak cukup bila sikap yang baik ini kamu yakini secara batin; cinta kasih dan kehalusan itu harus nampak secara konkret.”

Akan tetapi, bagaimana kita dapat melihat Allah dalam diri orang yang menderita?

♥ “Melihat” atau “mengalami” Allah adalah rahmat, yang Allah berikan kepada kita. Akan tetapi kalau kita tidak berbuat sesuatu untuk “melihat” atau “mengalami” Allah, kita tidak akan melihat atau mengalami apa-apa.

Beberapa nasehat Vinsensius :

Berkontak langsung dengan orang miskin sebagai saudara dan saudari: mengenal nama mereka, cerita tentang hidup mereka, penderitaan mereka, keadaan mereka. Dengan demikian kita menjadi bagian dari hidup mereka, yang sering tidak memberi jalan keluar bagi penderitaan mereka, namun hanya dapat turut mendengar dan menderita bersama mereka.

Merenungkan dan membawa mereka kedalam doa dan meditasi kita. Kita dapat bertanya kepada Tuhan : bagaimana Engkau hadir dalam orang ini ? Bagaimana Engkau melihat dia ?

Berpegang pada beberapa pokok ajaran injil, misalnya : Mat 25:40 ; Mat 19:21; Mat 14:14.

Apakah seorang Vinsensian tidak dengan mudah akan “tenggelam” dalam tugas pelayanannya dan akan cepat kehabisan “energi” dan mudah bosan?

♥ Bisa saja terjadi demikian. Akan tetapi bila seorang Vinsensian itu setiap hari berdoa dan merenungkan karya pelayanannya dan kehadiran serta keterlibatan Allah di dalamnya, dia akan mengalami bahwa hidupnya sangat diperkaya, ia akan semakin peka pada kehadiran Allah dalam diri orang yang miskin dan menderita. Bila demikian, ia akan sering mengalami bertemu Allah secara nyata dalam diri Yesus Kristus. Dia semakin memiliki kesempatan untuk melayani Kristus, membangkitkan Kristus dalam diri orang yang miskin dan menderita. Seorang Vinsensian akan menerima ajaran Kristus dan injil-Nya dari orang miskin.Pengalaman-pengalaman ini akan mengubah hidup seorang Vinsensian. Dia akan memiliki belas kasih secara mendalam. Apabila hal ini terjadi, seorang Vinsensian akan semakin menampakkan Kristus bagi orang-orang yang miskin dan menderita, dia semakin menjadi “kristus penyelamat” bagi sesama. Dengan demikian hidup seorang Vinsensian menjadi lebih bermakna, bergembira dan bahagia secara mendalam.

Bagaimana melayani orang miskin dengan baik sebagaimana mencintai Kristus?

♥ Menurut Vinsensius, cinta yang paling sempurna adalah cinta yang afektif dan efektif. Cinta yang afektif membuat seseorang merasa terharu dan penuh perasaan terhadap orang yang dicintai. Cinta yang efektif membuat orang melayani dan mencintai secara profesional agar pelayanannya berhasil. Cinta yang afektif dan efektif harus saling melengkapi. Cinta yang hanya afektif bukanlah cinta sebab hanya perasaan sentimental belaka. Cinta yang hanya efektif juga bukan cinta, karena orang yang dicintai dan dilayani tidak dihargai sebagai manusia yang memiliki hati.

Vinsensius mengatakan :

“Kamu harus melupakan kepentingan dirimu sendiri dan memberikan diri dengan keterlibatanmu yang konkret, karena cinta kasih baru otentik bila cinta itu bersifat afektif dan efektif.”

Kelompok Studi Vinsensian

Suster-Suster PK (Sr. Anna PK)

sumber: http://vinsensius.wordpress.com/2008/04/05/beberapa-pokok-spiritualitas-vinsensius-sebuah-dialog/