Minggu Prapaskah V
Yer. 31:31-34; Ibr. 5:7-9; Yoh. 12:20-33.
Oleh: Fr. Yupianus Suminto, CM
Bagaimana kita memaknai pertobatan? Pertobatan pertama-tama bukan soal ritus-ritus kesalehan yang kita laksanakan selama masa prapaskah. Pertobatan hendaknya kita maknai sebagai usaha untuk memperbaiki relasi kita dengan Allah. Kita perlu memperbaiki relasi karena kita telah melakukan tindakan dosa.
Tindakan dosa itu terkait dengan kejatuhan kita dalam tiga godaan yang iblis tampilkan di hadapan Yesus di padang gurun. Pencobaan yang dialami oleh Yesus ialah pencobaan yang kita alami juga. Yang pertama terkait dengan tawaran-tawaran duniawi yang menggiurkan. Terhadap sesuatu yang menggiurkan seperti uang, harta, kita seringkali tidak bersikap rendah hati dan masih tidak berani untuk berkata cukup. Saking fokusnya kita mengejar kenikmatan duniawi itu, kita sampai-sampai tidak lagi memprioritaskan Tuhan.
Berikutnya adalah soal kerajaan dunia. Kerajaan dunia dimengerti tidak hanya sebagai kekuasaan, tetapi juga tindakan atau perbuatan daging yang dapat membuat manusia terkekang olehnya. Dari zaman dahulu hingga saat ini kerajaan dunia seperti hawa nafsu, penyembahan berhala, iri hati, dengki, pesta pora, amarah, dan lain sebagainya masih menjangkiti setiap dari kita.
Pencobaan ketiga menyangkut hubungan kita dengan Allah. Yesus memang memberi penegasan bahwa orang jangan mencobai Tuhan, Allahnya. Akan tetapi sudahkah kita hidup dengan tidak mencobai Allah? Iblis tidak berhenti mencobai ketika dikalahkan oleh Yesus. Ia mencari dan menunggu kesempatan yang baik. Saat ini kita juga adalah sasarannya.
Bagaimana tindakan mencobai Allah itu? Dalam hal ini saya sebagai pelajar misalnya mencobai Allah dengan tidak belajar pada saat hendak ujian. Saya hanya berdoa memohon agar memperoleh nilai yang baik, tetapi saya tidak mengusahakannya lewat belajar yang tekun. Berbagai tindakan mencobai Allah yang lain masih banyak bentuknya dan itu masih sering kita lakukan.
Kita memiliki kelemahan dalam mengimani Allah dan dalam menjaga relasi baik kita dengan-Nya. Terhadap semua tindakan dosa kita Allah tetap membuka pintu kerahimannya bagi kita. Kita semua dipanggil untuk bertobat sebab kerajaan Allah sudah dekat dan sesungguhnya telah tiba. Yesus telah berinisiatif mendekati kita. Kita diajak untuk memiliki sikap hati yang penuh penyesalan atas dosa-dosa kita dan mau terbuka terhadap undangan Yesus untuk bertobat dan percaya pada-Nya.
Seringkali orang enggan untuk bertobat karena merasa kesalahan dan dosanya sudah begitu berat, banyak, dan besar. Namun percayalah bahwa pintu kerahiman Allah selalu terbuka bagi siapa pun yang mau datang dengan penuh penyesalan dan memiliki keinginan kuat untuk bertobat dan berpaling pada-Nya.
Sebagai seminaris saya sendiri sungguh merasakan kerahiman Allah itu. Dengan cacat cela yang saya miliki, saya masih diperkenankan untuk dapat menjalani proses pembinaan dan pembentukkan di seminari. Saya menyadari bahwa saya tidak sempurna. Saya adalah orang berdosa, banyak kekurangan di sana-sini.
Perasaan tidak layak untuk menapaki panggilan ini seringkali menghantui diri saya. Maka, ajakan untuk bertobat yang diserukan oleh Yesus di sini saya makna dalam konteks usaha saya untuk tidak lagi terus-terusan merasa rendah diri dan tidak layak untuk beroleh kasih karunia Allah. Saya justru diajak untuk bersyukur atas panggilan saya di tempat ini. Sembari terus mengusahakan kebaikan diri dan sesama, saya diajak untuk terus memiliki sikap tobat yang membatin.
Semoga saya dan kita semua memiliki niat dan kemauan yang sungguh kuat untuk berani terbuka pada Allah dan menanggapi undangan-Nya. Tuhan memberkati. Amin.
#VinsensianIndonesia
#visabisa