Para Perintis

Para Perintis Kongregasi Misi Indonesia

Romo Dwidjosoesastro, C.M.

01 Mei adalah hari peringatan wafatnya Rm Ign. Dwidjosoesastro CM, Romo Kongregasi Misi (CM) pertama Indonesia.

Dikenal sebagai Konfrater yg pada tahun 1948 membawa 8 seminaris, diantaranya kelak Rm Haryanto, Rm Sunaryo, Rm Sastro, Rm Reksosubroto, menyeberangi garis batas demarkasi Tentara Rakyat Indonesia dan tentara Belanda di sekitar Mojoagung, kemudian membawa ke 8 pemuda tersebut ke Kepanjen 9, Surabaya.

Hari itu disebut Hari Pendirian Seminari Menengah St. Vincentius a Paulo, yang kemudian pindah ke Jalan Dinoyo 42, Surabaya. Dan pada tahun 1958 seminari tersebut berpindah dan menetap di Garum, Blitar. Beliau bisa disebut Pendiri (Inisiator) Seminari Keuskupan Surabaya yang pertama. Perjalanannya ke Jalan Kepanjen 9 dipandang sebagai sebuah keberanian luar biasa karena saat itu sedang terjadi perang Agresi ke-2. Rm Dwidjo mengagetkan romo-romo Kepanjen 9, yang superiornya waktu itu Rm. van Megen CM. Itulah antara lain sebabnya, rektor pertama: Rm van Megen CM.

Saat itu Romo Dwidjo adalah Pro-Vikaris (Semacam wakil Uskup Mgr. M. Verhoeks) dan berdomisili di Madiun, daerah yg selama perang hingga agresi ke-2, Uskup sulit berkunjung karena perang.

Rm Dwidjo masuk novisiat bersama Padmaseputra tahun 1933 di Panningen, dibawa oleh Mgr. de Backere. Ditahbiskan tahun 1941. Tapi tak bisa kembali ke Indonesia karena Perang Dunia II. Hingga pada tahun 1946, beliau baru kembali ke Indonesia dengan menumpang kapal Angkatan Laut Belanda. Rm Dwidjo dikenal sebagai Romo yang pandai dan berpendirian kuat dan menginspirasi bocah Iman Sudibyo yang kelak masuk seminari dan menjadi Rm. Reksosusilo CM, Rm. Dwidjo juga merupakan rektor universitas Widya Mandala yang kedua di tahun awal perjuangannya.

(Romo Armada Riyanto, CM)