MERAYAKAN PASKAH DALAM SEMANGAT KHARISMA VINSENSIAN

0
217

St. Vinsensius biasa merayakan Paskah dengan memaknainya sebagai “hidup sesuai dengan cara hidup orang Kristiani”. Dia juga meminta para misionaris untuk melakukan hal yang sama, mengajak agar tindakan dan karya mereka hendaknya selalu diresapi oleh Roh Allah sendiri.

(Terjemahan tulisan Jean Rolex, CM, tentang refleksi Paskah 2024, dari website CMGlobal,  https://cmglobal.org/en/2024/03/30/celebrating-easter-from-the-vincentian-charism/)

Bagi seorang Kristen Katolik, Paskah adalah hari yang paling ditunggu-tunggu dalam Tahun Liturgi. Ini adalah hari di mana Kristus telah menaklukkan kematian dan membuat kita mengambil bagian dalam Kehidupan-Nya yang abadi[1]. Ini adalah ibu dari segala jenis perayaan, tradisi yang sangat lama, mendalam, dan khusyuk. Paskah adalah sebuah perayaan penciptaan baru. Yesus bangkit dan tidak akan mati lagi. Dia telah membawa manusia kepada Allah sendiri, membuka dimensi baru baginya. Seluruh ciptaan menjadi lebih baru, lebih besar dan lebih luas[2]. Pembaruan ini menjadikan Paskah sebagai titik ‘kedatangan’ dan ‘keberangkatan’ bagi semua ciptaan, sekaligus menjadi pusat dan kunci sejarah.

Dengan demikian, Paskah memungkinkan adanya kehidupan, perayaan, perjumpaan, komunikasi, pengetahuan, memberi akses kepada realitas kehidupan, kebenaran, kebebasan dan kemajuan. Dengan Paskah, iblis dienyahkan [3]dan kepenuhan hidup dipulihkan di dalam Kristus[4]. Kehidupan kita sekarang benar-benar terbuka terhadap Kehidupan Allah, karena kita telah merasakan kekekalan, citarasa penyelamatan, serta sukacita keselamatan. Intinya, Paskah adalah hari yang membawa ritme baru, gaya dan komitmen baru.[5]. Oleh karena itu, sebagai pengikut St. Vinsensius, kita juga dapat merayakan Paskah dan merefleksikannya dalam semangat Kharisma Vinsensian.

Sekarang, bagaimana kita bisa merayakan Paskah dalam semangat Kharisma Vinsensian? Menurut pendapat saya, kita dapat merayakannya dengan melakukan ‘Paskah’, melakukan sebuah ‘perjalanan’. Menurut tradisi, “Paskah” berarti ‘Lewat’, (‘Tuhan Lewat’). St. Agustinus mengatakan, Paskah adalah “perjalanan dari dunia ini menuju ke kehidupan Allah yang sedang lewat”. Tentu saja, untuk mengalami ‘Paskah’ atau ‘perjalanan’ ini, hal penting yang wajib dimulai adalah dengan mengambil langkah. Sebagai contoh, kita dapat mulai dengan mengambil langkah dari ketidaktahuan kita akan Sabda Allah menuju ke usaha untuk memahami pengetahuan tentang Sabda Allah yang mewartakan kepada kita bahwa Paskah sedang terjadi hari ini dan saat ini. Pengetahuan dan kesadaran seperti ini membawa kita kepada cara hidup baru, dimana pola-pola hidup lama yang dapat menghalangi kita untuk maju diperbaharui, agar kita dapat menjadi yang terbaik dari versi diri kita, mencapai kesempuraan diri kita yang sejati.

Kita sering mendengar bahwa, bagi St. Vinsensius, memperoleh cara hidup yang baru berarti ‘mengenakan Roh Kristus’. Ini berarti, menurut dia, “berusaha untuk meniru kesempurnaan Yesus Kristus dan berusaha untuk mencapainya” (XI, 410). Untuk alasan ini, ia selalu berkhotbah kepada para misionarisnya tentang perlunya meniru Yesus Kristus dalam kesempurnaan-Nya, menjadi baik dalam segala hal, sebagaimana Bapa kita di Surga adalah baik (Mat 5:48). Kebaikan ini, menurutnya, harus terwujud dalam pelayanan bagi yang termiskin dari yang miskin; anak-anak terlantar, tahanan, orang-orang yang terpinggirkan, orang tua, orang sakit dan juga para imigran.

St. Vinsensius biasa merayakan Paskah dan memaknainya sebagai hidup yang sesuai dengan aturan-cara hidup seorang Kristiani. Dia juga meminta para misionarisnya untuk melakukan hal yang sama, mengajak para misionaris agar tindakan dan pekerjaan mereka harus selalu diresapi oleh Roh Allah sendiri (bdk. XI, 237) dan bahwa mereka harus mengosongkan diri dan membuka diri untuk dipenuhi oleh Roh Kristus. St. Vinsensius meminta mereka agar segala sesuatu yang mereka lakukan harus seolah-olah dilakukan oleh Yesus, Dia yang menghabiskan seluruh hidup-Nya melakukan karya Allah untuk kebaikan semua orang (bdk. XI, 236). Merayakan Paskah dalam pengertian ini berarti berbuat baik bagi orang lain, terutama yang paling rentan dan membutuhkan. Akibatnya, tidak ada perayaan Paskah sejati tanpa komitmen nyata.

Kita mengalami Paskah yang sejati ketika kita benar-benar menyerahkan segala pikiran-kemampuan dan kehendak kita kepada Allah. Artinya, kita menerima diri kita, dengan seluruh keberadaan dan keaslian diri kita, dan menyelaraskannya terhadap apa yang Allah ungkapkan, dan terhadap semua kebenaran yang telah Dia ungkapkan melalui Kristus yang bangkit. Dengan itu semua, kita mengakui bahwa iman kepada Kristus yang bangkit membawa buah-buah batin, buah-buah lahiriah dan yang ‘transenden’, yang melampaui hal-hal lahiriah, yang merupakan berkat dan persatuan bagi kita. Kita mengalami Paskah yang sejati juga ketika kita mengakui bahwa iman kepada-Nya memungkinkan kita untuk bertumbuh dalam kemandirian akan prinsip-prinsip yang benar, yang akan membawa kita kepada kesatuan, keutuhan dan keteguhan batin kita. Kita dapat mencapai hal ini ketika kita bisa menyadari dan berdiscermen tentang bagian mana dari hidup kita yang bisa menjauhkan diri dari Allah, ketika kita bisa mengetahui bahwa segala sesuatu memiliki arah yang menuju kepadaNya, dan mengakui bahwa hanya di dalam Dia kehidupan menemukan kesatuan sejati dan bahwa segala sesuatu pada akhirnya datang kepada-Nya.

Jadi, sebagai seorang Vinsensian, Paskah kita akan otentik jika kita dapat meluangkan waktu untuk mengunjungi orang sakit, memberikan dukungan kepada mereka yang berjuang dan menderita, atau untuk menemani orang tua yang kesepian dan mengalami dimensia. Paskah kita akan otentik jika kita hadir dan menyapa dengan lembut dan penuh kasih mereka yang terpinggirkan, dan juga ketika kita dapat menghapus air mata mereka yang menangis karena ditimpa berbagai kesulitan hidup. Paskah kita akan menjadi nyata ketika kita mendengar seseorang atau keluarga yang mengalami kesulitan, memberi perhatian kepada mereka dengan tulus, tanpa imbalan, tanpa ada keinginan untuk diakui. Hanya membantu secara tulus. Membantu mereka dengan cara apa pun yang kita bisa dengan hati tulus ikhlas. Berbicara serta mendengarkan mereka untuk sekedar meringankan beban mereka. Sekali lagi, kita lakukan semua ini dengan tulus ikhlas, bahkan jika tidak ada yang berterima kasih kepada kita.Paskah kita akan otentik jika kita mampu menyadari dan mengenali kesalahan kita sendiri serta memohon pengampunan. Lebih lagi, Paskah kita akan kita alami dengan tulus juga ketika kita melihat wajah Gereja yang ternoda oleh kesalahan dan skandal-skandal yang dimilikinya, ketidak-konsistenan dan dosa-dosanya, kita masih dapat mengenali di dalamnya wajah Kristus yang bangkit dan menyembah-Nya dengan sukacita.

Melalui pemahaman iman seperti ini, kita menjadi seorang Vinsensian yang berprinsip; seorang Vinsensian yang tahu mengapa kita menjadi seperti sekarang, dan seseorang yang tahu tahu di mana kita berdiri. Seorang Vinsensian yang tahu bahwa imannya ada hubungannya dengan cara hidupnya, tindakannya, dan seluruh hidupnya terbentuk dari iman yang dihayatinya. Seluruh pikirannya berada pada di jalan pencarian menuju Tuhan, serta pikiran yang berbicara tentang kasih Tuhan, kekudusan-Nya, pemeliharaan-Nya dan Kuasa-Nya. Pikiran yang mengerti bahwa hanya dengan iman manusia dapat melampaui hal-hal besar tentang dirinya yang tak bisa dijelaskan. Hanya dengan cara inilah kita akan dengan setia mengalami Paskah.

Hal yang sama juga akan kita alami ketika kita, sebagai seorang Vinsensian, ingin menjadi seorang manusia Paskah. Sebagai manusia Paskah berarti kita adalah seorang manusia baru yang berjumpa dengan Sang Terang, Dia yang Bangkit, dan pada gilirannya, ini akan menjadikan kita juga sebagai terang yang melindungi dan membimbing. Seorang pribadi yang menemukan jalan dan ingin menjadi peziarah yang tetap setia dalam perjalanan; sebuah perjalanan yang mendorongnya untuk terus berjalan, sebuah perjalanan yang memperkuat perjalanannya dan melindunginya dari berbagai halangan. Kita juga menjadi seorang pribadi yang membutuhkan nutrisi sehat: Ekaristi yang “mengandung semua kebaikan rohani Gereja, yaitu, Kristus sendiri, Paskah kita”. Seorang pribadi yang saling berbagi dukungan dalam komunitas dan keluarga Vinsensian. Kita menjadi seorang pribadi yang berpegang pada Sabda Allah, tulisan-tulisan St. Vinsensius, dan keutamaan-keutamaan Vinsensian. Seorang pribadi yang menjadi penuntun jalan dalam perjalanan hidup, seorang pribadi yang tumbuh dan berusaha untuk selalu melangkah menuju ke kehidupan Ilahi. Seorang pribadi yang senantiasa bersukacita dalam segala hal. Juga, manusia Paskah adalah seorang pribadi yang ‘menjadikan hari ini sebagai hari bagi Tuhan’. Artinya, pribadi yang turut berpartisipasi aktif dalam perayaan Ekaristi hari Minggu, hadir dalam persekutuan komunitas umat Allah, mendengarkan dengan penuh perhatian Firman-Nya, mengenangkan wafat dan kebangkitan-Nya; serta dengan iman yang teguh menerima Tubuh Kristus dalam komuni kudus, “menyentuhnya seperti Tomas” (Yoh 20:29). Manusia paskah adalah juga seorang pribadi yang selalu ingat dan sadar bahwa apa yang ia miliki sebagai kelebihan di satu sisi menjadi sebuah kebutuhan bagi orang lain. Mungkin saat ini kita memiliki banyak waktu, tapi bagi orang lain hal ini mungkin menjadi sebuah hal yang sangat dirindukan untuk dimiliki. Mungkin kita punya banyak uang, tapi di sisi lain, banyak orang yang sangat membutuhkannya meskipun hanya sedikit. Mungkin kita punya makanan yang berlimpah, tetapi di sisi lain, masih ada orang miskin yang sangat kelaparan dan membutuhkan makanan. Mungkin kita punya banyak pakaian, sandal, sepatu, tetapi di satu sisi masih banyak orang yang sangat membutuhkannya.

Dengan demikian, merayakan Paskah dalam semangat Kharisma Vinsensian perlu melibatkan komitmen untuk melakukan “Paskah”, ‘perjalanan’  itu sendiri. Semoga St. Vinsensius menuntun kita ke dalam Paskah, ‘perjalanan’, itu sendiri, membantu kita menjalani Paskah, mengajarkan kita semua untuk merayakan dan berbagi Paskah, berbagi ‘perjalanan’. Semoga semua dari kita menjadi bagian dari hidup Allah, semua di dalam Allah dan seluruh hidup kita untuk Allah di dalam Paskah ini.

Oleh Jean Rolex, C.M.

[1] Roman Missal, Eucharistic Prayer II.

[2] Benedict XI (2013). Homily at the Easter Vigil. Retrieved from https://www.vatican.va/.

[3] Ibid,

[4] Roman Missal, Easter Preface IV.

[5] Montana, C.V. (1972). United in the Word. Sunday Spirituality with weekly projection. Claretiana: Buenos Aires.