SEBULAN KURSUS PERSIAPAN KAUL VINSENSIAN

0
102

Perbincangan Frater Yan Koppens, CMM dan Rm. F. Hardjodirono, CM dalam pertemuan KOPTARI Tahun 1995 telah melahirkan sebuah ikatan dinamis, yakni Keluarga Vinsensian Indonesia. Hingga saat ini 16 tarekat religius dan tuju kelompok awam tergabung dalam komunitas yang berlindung atau bahkan menyumberkan semangat hidupnya dari spiritualitas Santo Vinsensius. Mereka adalah Kongregasi Misi (CM), Suster Puteri Kasih (PK, Suster Kongregasi Yesus dan Maria (KYM), Suster Puteri Maria dan Yosep (PMY), Suster Penyelenggaraan Ilahi (PI) atau Sisters of Divine Providence (SdP), Suster Cintakasih dari Maria Bunda yang Berbelas Kasih (SCMM, Suster Cintakasih Antida Thouret (SdC), Suster ALMA, Bruder Karitas (FC), Bruder Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tak Bernoda (F.I.C), Bruder CMM, Bruder ALMA, Frater Hamba-hamba Kristus (HHK), Frater Bunda Hati Kudus (BHK), Bruder Budi Mulia (BM), Asosiasi Ibu-ibu Cinta Kasih (AIC), Serikat Sosial Vinsensius (SSV), Kerabat Kasih dan Misi (KKM), Persaudaraan Kasih (PERKASIH), Kaum Muda Marian Vinsensian (VMY), Kerabat KYM (KKYM), Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS), dan Misionaris Awam Vinsensian (MAVI).

Setelah beberapa perjumpaan para pemimpin tarekat dan aneka studi vinsensian secara kolaboratif, terwujudlah impian bersama untuk menyelenggarakan Kursus Persiapan Kaul bagi anggota tarekat-tarekat Keluarga Vinsensian. Kursus sebulan yang dimulai tahun 2009 itu terus berjalan sebagai program tahunan yang didampingi tim formatores gabungan Keluarga Vinsensian. Hingga saat ini program yang selalu dilakukan di Griya Samadhi Vinsensius (GSV)-Prigen ini telah terselenggara untuk 15 angkatan. Pada tahun 2024 ini kursus diikuti 24 peserta dari enam tarekat, yakni 11 suster ALMA, 6 Suster KYM, 4 bruder ALMA, 1 bruder FC, 1 bruder BM, dan 1 frater CM.

Kursus Persiapan Kaul menjadi khas karena dilakukan dengan rangka hidup, karya dan spiritualitas St. Vinsensian dengan maksud supaya anggota tarekat vinsensian mampu menjiwai hidupnya dengan jalan yang ditempuh Santo Vinsensius. Kursus dilakukan bersama antar tarekat agar sejak membangun komitmen penyerahan diri, mereka sudah diwarnai ikatan persaudaraan antar anggota Keluarga Vinsensian, yang diharapkan kelak membuahkan aneka kolaborasi dalam pelayanan.

Kegiatan yang berlangsung satu bulan ini didahului dengan proses pemerdekaan diri, dengan cara melihat pengalaman pahit dan manis kehidupan mereka di masa lalu dengan terang rahmat. Hal ini sejalan dengan peziarahan Vinsensius meneropong pengalaman kelamnya sendiri dengan mantra Penyelenggaraan Ilahi. Dengan kebebasan yang dimiliki,
peserta diharapkan dengan cerdas dan bijak mengarahkan setiap hidup dan perutusan mereka dengan sebuah misi yang selaras dengan Kehendak Allah.

Pemahaman kaul-kaul atau tiga nasihat injili yang sifatnya relatif umum disorot secara spesifik dengan melihat cara pikir Vinsensius. Nampaklah bahwa Vinsensius tak sekedar menjalani tiga kaul sebagai ritual religius pengucapan sumpah, tetapi sebagai pernyataan kesanggupan memberikan diri untuk setia sampai mati melayani orang miskin. Bahkan bagi Kongregasi Misi (CM) Vinsensius menjadikan sumpah setia itu sebagai kaul pertama dan utama, yang didukung dengan ketiga kaul yang lain, yang merupakan konsekuensi totalitas orang yang mau menyerahkan hidupnya bagi pelayanan orang miskin.

Langkah berikutnya peserta diajak melihat pola-pola pastoral transformative, yang dipertajam dengan pemahaman Ajaran Sosial Gereja (ASG), keterampilan melakukan analisis sosial (ANSOS) dan mempertajam upaya-upaya pemberdayaan dalam setiap karyanya lewat gerakan Systemic Change atau perubahan sistemik. Terakhir, proses integrasi dilakukan dengan retret sepekan penuh untuk peserta memastikan keyakinan diri yang bebas, “Ini
aku”, untuk siap menyerahkan diri bagi karya Kerajaan Allah, “Utuslah aku”.

Kegembiraan peserta untuk menikmati proses tak lepas dari situasi rekreatif yang ada di Griya Samadhi Vinensius yang bernuansa alam indah, aneka vareasi dalam setiap waktu senggangnya, dan acara outing yang dilakukan di wilayah Jawa Timur seperti Kota Wisata Batu-Malang atau Bromo.

Kontributor tulisan: Rm. Ignasius Suparno, CM