MARIA BUNDA PAPUA

0
64
Foto ilustrasi background pulau Papua diambil dari https://www.goodnewsfromindonesia.id/infographic/meskipun-berbatasan-dengan-indonesia-mengapa-papua-nugini-tidak-masuk-asia-tenggara.

Sejarah singkat

Patung Maria Bunda Papua ini adalah replika 3D dari sebuah lukisan yang ada di Paroki Our Lady of Papua, Kungim, Western Province, Papua New Guinea. Lukisan tersebut merupakan hasil karya Suster Claudette Denise, DW, seorang misionaris dari Kanada yang memulai misinya di Papua New Guinea pada tahun 1971. Lukisan ini dibuat sekitar tahun 1979 ketika ia melayani orang-orang Suku Yongom yang berada di perbatasan PNG Indonesia. Dengan mengambil model seorang perempuan Yongom lengkap dengan bilum dan cara menggendong anaknya yang khas, Sr. Claudette Denise, DW memvisualkan sosok Maria dan Yesus dalam konteks Papua. Berawal dari lukisan itu, Rm. Wiwit, CM yang sekarang melayani di daerah Kungim, berinisiatif untuk mematungkannya agar menjadi lebih hidup dan semakin dikenal banyak orang.

Makna

Patung Maria Bunda Papua ini berkulit gelap berambut keriting, dengan bilum digantungkan di kepala menjulur ke bawah di punggung hingga pinggang. Bilum merupakan kerajinan tangan khas masyarakat Papua, yang konteks Papua Indonesia biasa Bilum ini disebut Noken. Dalam keseharian Bilum dipakai untuk membawa kayu bakar, hasil kebun, membawa bayi, sebagai tas sekolah, belanja, dll. Bilum juga dipakai dalam seremoni sebuah pesta. Bagi mereka Bilum juga dipakai untuk menyimpan barang-barang berharga, karenanya selalu melekat pada diri orang-orang Papua. Bagi orang Papua, Bilum memiliki makna yang mendalam. Dalam Bahasa Pidgin, Bilum artinya “womb” / rahim. Bilum adalah tempat dimana kehidupan berawal. Bilum secara kultural dihadiahkan kepada orang yang dikasihi dan dihormati untuk memulai relasi yang baru atau memperkokoh kasih persaudaraan.

Bunda Maria Papua yang mengendong Yesus kecil dipundak sementara tangan kanan memegang tangan Yesus kecil melambangkan kedekatan relasinya dengan Yesus. Sementara tangan kiri yang diulurkan ke depan dengan telapak tangan terbuka menggambarkan keramahan untuk menyambut dan menerima setiap orang yang datang memohon kepengantaraannya. Bunda Maria berdiri menginjak kepala ular diatas bola dunia yang menonjolkan pulau Papua. Ini mau melukiskan Bunda Maria sebagai “Hawa Baru yang mengalahkan ular. Dia menjadi teladan bagi seluruh Gereja yang mana telah mengalahkan iblis dengan ketaatannya kepada kehendak Allah. Dia menjadi pengantara Rahmat bagi orang beriman untuk mengalahkan iblis dan menjadi taat kepada Bapa.

Maria, Bunda Papua, dampingilah kami dalam perjalanan iman kami.