Oleh : Romo. Gigih ,CM
Apa itu Hidup rohani?
Ketika kita mendengar tentang “hidup rohani”, kesan apa yang muncul dalam pikiran ? Doa, meditasi, misa, sakramen-sakramen, bacaan rohani, dsb? Apa itu hidup rohani dan mengapa kita perlu untuk memelihara atau memupuknya dan bagaimana cara kita menyuburkan hidup rohani tersebut. Baiklah sekarang kita melihat apa yang dikatakan Santo Vinsensius mengenai hidup rohani tersebut.
Santo Vinsensius meminta kompetensi para misionaris dalam melayani orang miskin dengan suatu pembinaan teologi, hidup rohani dan pembinaan kanonis yang terpercaya. Vinsensius berpendapat bahwa ilmu pengetahuan diarahkan kepada pelayanan Gereja, pastoral dan mendukung tujuan Kongregasi yaitu pembinaan calon imam dan pewartaan Kabar Gembira kepada kaum miskin.
“… belajar membantu kita untuk mengabdi Allah ..”
Santo Vinsensius
Bagi Santo Vinsensius, belajar teologi hendaknya dijalani dalam tuntunan Allah sendiri. Ia berkata kepada kita : ”Ketika kita mengalami pencerahan dalam belajar teologi, kita juga membakar kehendak kita juga. Yakinkanlah dirimu bahwa belajar membantu kita untuk mengabdi Allah dan yakinlah itu semua kita lakukan demi suatu kesempurnaan hidup batin kita, akhirnya kita mampu menghasilkan buah bagi sesama kita” (SV VI, 28-29). Dengan kata lain, belajar adalah untuk melayani jiwa-jiwa. Yang ideal bagi Vinsensius adalah menjadi seorang misionaris yang bijak, pandai dan rendah hati (SV XI, 128). Ia memuji Andre Duval sebagai seorang doktor teologi yang baik, pandai, bijaksana, rendah hati dan sederhana. Hal serupa juga ditujukan kepada tokoh Kardinal Berulle dan Fransiskus de Sales.
Kerendahan hati dan kekudusan menjadi bagian dari seseorang yang dipanggil dalam masa pembinaan sebagai seorang misionaris. “Allah akan membantu kita bukan hanya karena kita adalah umatNya tetapi Allah juga mempunyai perhatian bagi Gereja” (SV XII, 16). Dalam konteks ini, Vinsensius mengajurkan kepada siapa saja yang mempersiapkan diri dalam imamat, mrnjadi seorang misionaris, untuk membangun relasi yang intim dengan Allah. “Apabila kalian mempunyai sedikit, mintalah itu kepada Allah agar Ia menganugerahkan kepadamu. Hiduplah saudaraku dalam semangat ini, tugasmu adalah menjaga relasi itu (hidup rohani) dan apabila belum punya, mintalah hal itu kepda Allah” (SV XII, 61-62). Vinsensius menambahkan, “seperti halnya kamu belajar mengenai filsafat Aristoteles dan kami belajar itu semua. Belajarlah juga mengenai ajaran-ajaran Tuhan kita dan mempraktekkannya” (SVXII, 63-64).
Mengapa hidup rohani perlu dipupuk?
Berkenaan dengan pembinaan hidup rohani yang menjadi tempat sentral bagi Santo Vinsensius, dia berfokus pada bagaimana seorang kristiani mampu berdisermen, memilih dan memutuskan segala sesuatu. Kemampuan itulah yang menuntun umat menuju hidup batin yang mendalam, hidup doa yang tekun, serta rasa syukur dan kesatuan dengan Allah.
Vinsensius menulis surat kepada salah seorang konfrater yang bekerja di Seminari Montpellier demikian : ”Apa yang aku nasehatkan kepada romo, ajaklah para seminaris untuk memperdalam hidup rohani. Mereka tidak hanya menyantap ilmu pengetahuan saja tetapi juga mempraktekkan keutamaan. Tidak ada suatu keutamaan apabila tidak ada waktu untuk melakukan doa batin, melakukan matiraga, menyangkal diri, menghayati ketaatan dan semangat penyelamatan jiwa-jiwa” (SV III, 3).
Bagaimana memupuk hidup rohani?
Kepada seorang konfrater yang menjadi superior di Seminari, ia menulis demikian : “Tidaklah cukup mengajarkan kepada para seminaris mengenai bagaimana menyanyi yang baik, upacara liturgi dan pengetahuan moral, yang utama adalah membentuk dan membina mereka dalam kekudusan dan hidup devosi (hormat kepada Allah)” (SV IV, 597). Doa pribadi, doa batin (menurut metode Fransiskus de Sales), perayaan ekaristi dan adorasi, sakramen tobat, bacaan Injil, dan buku “Mengikuti Jejak Kristus” (Thomas A Kempis), serta teks lainnya, sangatlah berguna untuk membangun hidup rohani.
Singkat kata hidup rohani menyangkut berbagai aspek pembinaan, seperti: pengetahuan teologi, praktek berliturgi, berpastoral bersama umat, terutama mereka yang miskin papa. Pembinaan-pembinaan itu hendaknya membentuk para seminaris menjadi seorang pribadi yang penuh cinta kasih dan bijaksana.
MEMULAI SUATU PERJALANAN/PEZIARAHAN
Kadang kita perlu mendefinisikan terminus hidup rohani secara lebih jelas sehingga kita dapat fokus dalam permenungan kita. Seperti kita ketahui bahwa manusia setidaknya dapat dilihat dalam dimensi kapasitas kemampuannya dalam menilai hidupnya. Untuk mengetahui kemampuan-kemampuan itu, biasanya dibantu dengan ilmu psikologi atau perkembangan kepribadian. Ada yang dinamakan kecerdasan intelekstual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual (SQ). Hal tersebut menjadi semacam sarana untuk mengenal kemampuan dan kapasitas kita. Namun yang terpenting dari segalanya adalah kemampuan kita untuk menerima dan mensyukuri sebagai pribadi yang dikasihi dan hidup berpengharapan.
Kalau demikian betapa kompleks dan luas untuk memupuk hidup rohani. Dimensi hidup rohani tidak dipahami sekedar doa pribadi, ibadat harian, meditasi, bimbingan rohani, sakramen ekaristi, sakramen tobat. Tetapi hidup rohani mencakup keseluruhan hidup manusia. Baiklah saya ingin mengajak kita sekalian untuk memohon rahmat Allah agar mampu terbuka melihat diri kita apa adanya bukan apa yang seharusnya ada. Jadikanlah diri kita bebas, tanpa dipasung oleh berbagai formalitas dan aturan-aturan yang keberadaannya hanya sebatas sarana yang membantu perkembangan hidup kita.
“Oh Tuhan berapa kali, Tuhan kita berlutut di tanah, dengan segala kerendahan hati hadir di hadapan Allah, Juga Ia melakukannya dengan berpuasa. Di malam sebelum menghadapi kesengsaraan di salib, Ia memisahkan diri untuk berdoa”
Santo Vinsensius
Doa batin menurut Santo Vinsensius
Kita mengetahui dalam Injil bahwa Yesus adalah seorang pendoa. Sejak usia muda, Maria dan Yosef membawanya ke Bait Allah untuk berdoa. Dan dalam beberapa kesempatan Yesus juga mengajak para murid untuk menarik diri ke tempat sunyi untuk berdoa. “Oh Tuhan berapa kali, Tuhan kita berlutut di tanah, dengan segala kerendahan hati hadir di hadapan Allah, Juga Ia melakukannya dengan berpuasa. Di malam sebelum menghadapi kesengsaraan di salib, Ia memisahkan diri untuk berdoa” (SV IX, 475). Teladan ini menjadi teladan semua orang beriman. Sungguh suatu keyakinan bahwa doa batin memainkan peran penting dalam hidup personal dan dalam aktivitas kerasulan.
Doa batin menerangi kita untuk menemukan kebenaran iman kepada mereka yang berdoa. Doa batin menyalakan kehendak kita
Santo Vinsensius
Mengenal Allah dalam kebenaran iman
Pertama-tama keuntungan dalam doa batin adalah memelihara terang iman yang menerangi hidup kita. Ikutilah tahap-thap doa batin dalam keheingan. Dalam doa batin, Allah mengkomunikasikan kepada hambaNya sebagai “Terang yang luar biasa”. “Doa batin menerangi kita untuk menemukan kebenaran iman kepada mereka yang berdoa, doa batin menyalakan kehendak kita” (SV IX, 421). Mata jiwa tertuju selalu kepada apa yang dipikirkan Allah, misteri iman dan kontemplasi yang mengarahkan kepada yang abadi.
Ketika melakukan doa batin, kita mengangkat roh kita ke surga dan menjauhkan diri dari yang duniawi. Di sanalah kita akan melihat kesempurnaan ilahi, kita mendengarkan suatu kebenaran yang sebelumnya belum kita lihat. Tetapi kagumilah itu semua, setelah itu akan kita lihat kebaikan Allah, namun sadari apa yang terjadi seringkali manusia melakukan yang sebaliknya yaitu melakukan yang tercela. Dan lagi lakukanlah tindakan yang sesuai dengan apa yang kalian rasakan.
Lihatlah keindahan akan keutamaan itu “Oh Tuhan, sungguh suatu keindahan, jika aku memilikinya. Kalian lihat, para suster, apa itu doa batin. Ketika kalian masuk dalam doa batin, kamu memiliki roh yang memenuhi kegelapan tetapi ketika kamu ada di sana, suatu cahaya itu mengusir segala kegelapan, seperti sebuah lilin yang dinyalan dalam sebuah kamar. Dan melalui cahaya itu, kalian mengenal segala sesuatu seperti dia apa adanya” (SV X, 601). Terang dari doa batin itu tidak lagi merupakan suatu buah yang sederhana dalam ssebuah refleksi manusiawi. Masuk dalam doa batin dan terang ilahi itu akan memenuhi jiwa, segala sesuatu akan dibedakan dari terang api itu, dari terang matahari.
“Pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan itu yang datang dari diri kita tidak lain adalah api kecil yang berada di luar tujuan ini dan tidak menghasilkan keuntungan apapun, tetapi terang rahmat seperti matahari keadilan menyebar di dalam jiwa membuka dan menembus sampai kedalaman hati kita yang nantikan akan membawa buah-buah yang mengagumkan. Oleh karena itu mintalah kepada Allah agar Dia sendirilah menerangi kita dan menginspirasi kita apa yang sesuai dengan kehendakNya” (SV XI, 85).Seorang pembimbing retret hendaknya mengalami terlebih dahulu doa bati ini, sehingga mampu membagikan kepada orang lain.
Mendisermen kehendak Allah
Santo Vinsensius tidak serta merta penuh sukacita menyerahkan diri kepada Allah. Ia mempersembahkan doanya sebagai suatu ekspresi yang sangat konkrit dan kita dapat mengenalnya dalam tindakan Vinsensius yang senantiasa dituntun oleh Penyelenggaran ilahi. Doa batin inilah yang dapat menenutun kita untuk mendiscemen kehendak ilahi melalui segala sesuatu yang nampak. Juga dalam segala sesuatu peristiwa, dimana kadang ada kekaburan, hal itu mengingatkan kita akan Allah dan Ia tinggal di dalamnya.
Dalam kesibukan sehari-hari, doa batin cukuplah untuk memahami dan mendengarkan kehendak Allah. Oleh karena itu aktivitas keseharian kita yang bersatu dalam doa batin tidak menjauhkan dari Allah sehingga yang terjadi sebaliknya menemukan Allah dalam segala sesuatu. “Suatu doa batin yang mana Allah membantu kita untuk mengenal apa yang dikehendaki Allah dan apa yang harus dilakukan. Tidak ada satu pun cara untuk mengenal kehendakNya selain doa batin” (Abelly, III, 6).
Ketika kita ada dalam keraguan, datanglah kepada Allah : “Tuhan, Engkau adalah Bapa dari segala Terang, ajarlah saya mengenai apa yang harus saya lakukan dalam pengalaman ini”. Santo Vinsensius mengatakan dalam suatu konferensi : “Saya memberikan nasehat kepadamu, bukan hanya untuk kesulitan yang membuatmu menderita, tetapi juga untuk belajar bahwa Allah secara langsung mengajarmu, tirulah Nabi Musa, yang tidak mengajar umat Israel kecuali Allah yang menginspirasinya “Begini Firman Allah” (SV XI, 344). Vinsensius sendiri juga senantiasa tidak ragu untuk meminta kepada Allah tanggapan konkrit atas masalah yang sedang ia hadapi : tentang rumah yang akan ia tempati, sebelum mengambil keputusan dsb…(SV II, 18).
Mengkoreksi kesalahan-kesalahan
Terang ilahi dalam doa batin memelihara jiwa untuk mengenal lebih baik apa yang konkrit. Doa ini membantu kita untuk membangunkan kita dari tidur kita dan menyalakan cinta yang berkobar. Santo Vinsensius mengatakan bahwa ketika kita mengalami keraguan, janganlah ragu mengenai bagaimana kamu menjelaskan, tetapi kamu hendaknya berpengharapan bahwa doa batin membuat kita mampu melihat kesalahan yang akan dikoreksi (SV I, 37). “DOA batin seperti sebuah cermin yang mana jiwa melihat segala sesuatu (noda) dan segala kedosaan kita. Doa batin menandai apa yang tidak berkenan kepada Allah, dan mengundang kita untuk menyesuaikan diri dengan kehendak Allah dan mintalah pengampunan dan rahmat untuk memperbaiki diri” demikian nasehat Vinsensius. (SV IX 417). Pengenalan ini membantu jiwa kita untuk mengkoreksi. Santo Vinsensius tidak ragu untuk menasehati bahwa doa bati seperti sebuah obat.
Doa batin bagai sebuah cermin bagi jiwa kita untuk melihat segala sesuatu (noda) dan segala kedosaan kita
Santo Vinsensius
Lebih lanjut Vinsensius mengatakan bahwa doa batin seperti sumber air yang tidak akan kering. Doa batin bukan untuk memulihkan kelelahan fisik tetapi untuk jiwa kita yang sedang mengalami kebiasaan yang buruk, menjadi keras. Doa batin membuka cara pandang kita untuk melihat Allah yang seringkali mengalami kebutaan. Doa batin membuka pendengaran kita untuk mendengarkan suara Allah dan terbuka bagi inspirasi yang baik dan hatinya menerima kekuatan baru dan dijiwai oleh keberanian yang dirasakan (SV IX, 418). Bagi seorang misionaris, “doa batin itu seperti benteng yang melindungi para misionaris untuk melindunginya dari berbagai macam serangan, doa itu seperti tembok Daud yang menjadi senjata yang bukan hanya untuk membertahankan diri tetapi juga untuk mengalahkan musuh demi kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa” (SV XI, 83-84).
Menumbuh-kembangkan Rahmat Allah
Doa mampu menumbuhkembangkan rahmat Allah yang kita terima. “Jika kamu melakukan suatu kebaikan, termasuk di dalamnya tekun dalam doa batin, bukannya suatu yang tidak mungkin terjadi bahwa kamu akan mengenakan pakaian cinta kasih dan Allah memandangmu dengan penuh sukacita. Jika kamu tidak melakukannya, kamu akan jatuh dalam keterpurukan: kamu merasakan bahwa Allah meninggalkanmu karena kamu terlebih dahulu meninggalkan Dia. Ingatlah tanpa doa batin, kalian menentang Allah atau dengan kata lain kamu tidak memberikan secara khusus kemuliaan kepada Allah sebagai seorang Puteri Kasih” (SV X, 586). Untuk menggambarkan kemurnian jiwa yang diperbarui oleh doa batin, Vinsensius memberikan gambaran yang hidup.
Doa batin ibarat “suatu manna yang turun dari surga” (SV IX, 416). Suatu makanan yang sangat penting. “Seperti halnya seseorang yang puas dengan makan tiga atau empat kali sehari dan akan terhindar dari kelaparan bahkan kematian. Atau mungkin masih isa hidup tetapi tidak mempunyai kekuatan. Jiwa yang tidak diberimakan dengan doa batin, akan menjadi keras, tanpa daya, tanpa keberanian, dan juga tanpa keutamaan, membenci orang lain dan diri sendiri” (SV IX, 416).
Doa batin ibarat “air yang menyuburkan” karena seperti kita lihat seorang tukang kebun menyirami tanaman dua kali sehari untuk menyuburkan tanaman di kebunnya, tanpa hal itu maka tanaman akan mati karena terik matahari. Sebaliknya rahmat Allah seperti tanah yang gembur karena dari sana zat makanan dari tanah mengalir melalui akar dan menyebar ke seluruh batang dan memberikan kehidupan baginya dan akhirnya tanaman itu memberikan buah. Kita semua seperti kebun yang mengalami kekeringan yang akan menjadikan tanaman mati jika seorang tukang kebun tidak menyirami dan mengolah tanah tersebut. Demikian halnya hendaknya kegunaan dari doa batin, seperti sekuntum mawar yang akan mekar setiap pagi karena rahmat Allah yang bekerja dalam diri kita. (SV IX, 402). Air juga sangatlah penting bagi hidup seekor ikan (SV X, 604).
Doa batin lebih lanjut oleh Vinsensius seperti “udara segar bagi jiwa”. Demikian Vinsensius menjelaskannya : “Bukan hanya udara saja yang penting bagi hidup badan kita, tetapi juga doa batin untuk hidup rohani kita. Dan seperti yang kalian lihat kekurangan udara akan menyebabkan kematian, demikian juga sesuatu yang tidak mungkin seseorang dapat hidup tanpa doa batin. Demikian halnya manusia tidak dapat hidup tanpa udara, ia akan mati tanpa adanya udara. Demikian juga seseorang tidak dapat hidup dalam rahmat ilahi tanpa suatu doa batin” (SV X, 582-583).
Demikian juga doa batin seperti “sinar matahari” menyuburkan tanah, akan menumbuhkan kehidupan, demikian halnya doa batin memberikan suatu nilai-nilai pertumbuhan bagi jiwa kita. “Pengalaman kita membuktikan bahwa seperti halnya sinar matahari, yang memberikan kontribusinya bagi tanah yang akan menumbuhkan berbagai macam tanaman yang memberikan buah-buahnya, demikian halnya dalam latihan-latihan rohani. Sinar rahmat Allah seperti sinar matahari yang menyebar dalam jiwa kita dan menembus dalam kedalaman hati kita dan menghasilkan suatu tindakan kasih yang mengagumkan” (SV X, 403). Lebih lanjut Vinsensius mengatakan bahwa jiwa tanpa doa batin sama halnya dengan tubuh tanpa jiwa yang senantiasa hendak melayani Allah.
Doa batin bagaikan suatu manna yang turun dari surga, air yang menyuburkan, udara segar bagi jiwa, dan sinar matahari
Santo Vinsensius
Vinsensius menyadari bahwa manusia tidak dapat memenuhi dirinya sendiri dalam melakukan karya-karya yang baik, maka ia membutuhkan kekuatan yang lebih berkuasa dalam melakukan segala karyanya. Oleh karena itu karya kerasulan lahir secara rohani dari Kristus yang bertahta di dalam jiwa kita.
Doa batin mempunyai peranan yang sangat penting, untuk itulah mengapa pembinaan latihan doa batin ini dilakukan di novisiat. Vinsensius memberika perhatiannya betapa penting pembinaan untuk para novis dengan doa batin ini, yang mampu memelihara panggilan mereka.
“Rahmat panggilan itu dirawat oleh doa batin dan rahmat doa batin mengantarnya untuk memantapkan panggilan mereka. Jika kita setia melakukan doa batin, itulah yang berkenan di hadapan Allah”
Santo Vinsenius
#vinsensianIndonesa