Semakin Beriman Semakin Berbelarasa

0
1200

Hari Raya Paskah – Minggu, 4 April 2021

Kis. 10:34a,37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Kol. 3:1-4 atau 1Kor. 5:6b-8; Yoh. 20:1-9 

Oleh : Fr. Rianda Estu Nugroho, CM

Lihatlah, Yesus yang telah “kita” salibkan itu kini telah bangkit. Ia wafat karena dosa dan kesalahan kita, dan bangkit juga untuk kita. Ia bangkit dalam kesunyian dan ketenangan. Dengan kebangkitan-Nya, Ia masuk dalam kemuliaan Bapa-Nya. Kebangkitan-Nya menjadi bukti pembenaran segala karya yang telah Ia lakukan. Kebangkitan-Nya juga membawa harapan baru bagi para murid yang sebelumnya hampir pudar semenjak Yesus wafat dan dimakamkan.

Sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus, merupakan bukti solidaritas Allah kepadaku, mu dan kita semua yang mudah jatuh dalam dosa dan kegelapan. Ia merelakan diri-Nya menderita demi kita. Karya penebusan Yesus Kristus identik dengan cinta kasih dan kerendahan hati. Adakah Ia menuntut balas? Tidak. Namun ia mengharapkan agar kita bisa meneladan sikap-Nya, menjadi saksi-saksi kebangkitan-Nya dan berbagi solidaritas kepada sesama.

Situasi pandemi yang terjadi saat ini sungguh amat meresahkan semua pihak. Semakin banyak korban yang berjatuhan, tenaga medis kewalahan merawat korban yang terus meningkat hingga rumah sakit yang tak lagi mampu menampung korban COVID_19. Di sisi lain tidak sedikit pula orang yang kehilangan pekerjaan mereka karena perusahaan yang tak sanggup lagi membayar gaji mereka. Kehilangan pekerjaan berarti pula kehilangan mata pencaharian untuk menafkahi hidup mereka. Anak-anak terpaksa untuk melakukan kegiatan belajar di rumah dan merelakan kesempatan untuk bergaul dengan teman-teman sebaya.

Pandemi COVID-19 menyebabkan kepedihan dan duka mendalam bagi semua orang. Tak ada orang yang mengharapkan situasi ini terus terjadi. Rasa kekhawatiran, ketakutan serta keputusasaan semacam itu seringkali membuat manusia menutup diri dan bersikap egois. Sifat-sifat kedagingan muncul dan menguasai diri manusia. Sejatinya pengalaman ini membuka kesadaran bahwa saat ini bukanlah saat untuk bersikap apatis dan memikirkan diri sendiri, apalagi menebar kebencian, pengalaman ini justru memberi kesadaran akan rasa kemanusiaan.

Tema “Semakin Beriman Semakin Berbelarasa” yang telah kita dalami dan renungkan selama masa prapaskah kiranya menyadarkan kita bahwa iman kita kepada Allah menuntut perbuatan nyata. Iman yang tumbuh baik mampu membuat hidup ini penuh gairah dan berani untuk ambil resiko. Bacaan pertama memberitakan Petrus berani untuk mewartakan Kristus kepada Kornelius dan keluarganya. Disebutkan bahwa Kornelius itu merupakan seorang perwira pasukan Roma. Ia adalah orang kafir karena bukan Yahudi. Jelas bahwa Petrus berani ambil resiko, sebab Petrus bisa dihukum oleh tentara Romawi. Nyatanya Petrus dengan tenang mewartakan Yesus yang wafat dan bangkit. Petrus dan para murid mengalami dan mengimani bahwa Yesus sungguh bangkit dan demi nama Kristus semua yang percaya akan diselamatkan.

Sama seperti Petrus, kita merupakan saksi-saksi Kristus. Di tengah masa sulit seperti ini, aku, kamu dan kita semua diminta untuk menjadi saksi Kristus dengan berbagi solidaritas. Ribuan orang, mulai dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya, pengusaha, pemerintah hingga masyarakat biasa telah dengan penuh kasih dan kerendahan hati membantu menyelamatkan sesamanya yang menderita. Kasih dan pengorbanan tentu saja membutuhkan sikap kerendahan hati. Bukankah Pria yang tersalibkan itu juga melakukan demikian? Ia membuktikan bahwa keselamatan ada bersama dengan kerendahan hati, kasih dan pengorbanan.

Paskah merupakan kemenangan atas dosa, maka kita percaya bahwa pengorbanan tidak akan sia-sia. Semoga Paskah yang kita rayakan hari ini memberi kekuatan kepada kita untuk berkorban dan berbagi solidaritas kepada sesama yang menderita. SELAMAT PASKAH, TUHAN MEMBERKATI.

#VinsensianIndonesia

#visabisa