Rm. Petrus Kukuh Dono Budono CM lahir di Madiun, 26 Juli 1962 dari pasangan Bpk. Wage Soediro dan Ibu Watiningsih. Dia adalah anak ke-2 (dua) dari 7 (tujuh) orang bersaudara. Ketika masih remaja Rm. Kukuh mulai aktif sebagai misdinar sekalipun belum dibaptis. Berkat persahabatan dengan teman-teman misdinarnya dan dukungan kedua orangtuanya, Rm. Kukuh dibaptis saat dia menjalani pendidikan SMP. Dalam kelompok misdinar dan dalam bimbingan Rm. Amici CM, dia mulai mengenal pelayanan.
Semangat pelayanan dalam diri Rm. Kukuh terus bertumbuh. Saat menjalani kuliah di UNS – Surakarta, dia melihat banyak anak muda Katolik yang menghadapi tantangan iman. Dia merasa terpanggil untuk menyelamatkan iman teman-temannya dengan menjadi anggota kelompok pendalaman iman. Meskipun pada awalnya ia hanya dilibatkan dalam hal-hal sederhana seperti mengedarkan undangan, menjemput dan mengantarkan pulang anggota-anggota putri dari kelompok pendalaman iman tersebut, namun semua itu dia lakukan dengan sepenuh hati. Keterlibatannya dalam kelompok pendalaman iman ini membawanya sampai kepada sebuah penemuan dan keprihatinan: Banyak kaum muda Katolik mengalami tantangan iman karena sedikitnya tenaga katekis dan pastor. Pengalaman iman pribadi itu ternyata tidak berhenti di situ saja. Ia selalu mendengar pertanyaan dari dalam hatinya: “Bagaimana dengan kamu? Maukah kamu menjadi katekis atau pastor?”
Saat pertanyaan tersebut terus mengusiknya, ia mencoba mematikan pertanyaan tersebut dengan meyakinkan dirinya bahwa menjadi guru kimia jauh lebih terhormat daripada menjadi guru agama. Ia juga pernah berusaha untuk mematikan pertanyaan tersebut dengan berjanji bahwa setelah lulus dan mengajar di SMA, dia akan membina iman anak-anak Katolik. Janji tersebut benar-benar ia lakukan saat ia mengajar di SMAK St. Louis – Cepu, namun ternyata semua itu tak dapat menghentikan kegelisahan hatinya. Itulah yang akhirnya membuatnya berpikir untuk menjadi pastor.
Langkah pertama menapaki hidup panggilan dirasakannya tidak mudah. Dalam sebuah tulisannya ia menggungkapkan: ”Meninggalkan pekerjaan dan anak-anak didik serta anak-anak binaan iman ternyata tidak mudah. Rekan-rekan guru, murid-murid maupun keluarga mencoba meminta saya untuk tetap bekerja sebagai guru dan membina iman anak-anak Katolik dan mengurungkan niat untuk masuk seminari. Saya hanya bisa menjawab mereka: Siapa yang dapat mematahkan keinginan Tuhan, bila Ia telah menghendaki; bahkan diri saya sendiri tak mampu untuk menahan kehendak-Nya”
Rm. Kukuh memutuskan untuk menjadi calon imam Kongregasi Misi (CM). Sekalipun banyak kesulitan dalam masa pembinaan sebagai calon imam, dia tetap belajar setia dan mengerjakan hal-hal kecil dengan sekuat tenaga. Untuk memperbesar perjuangannya, dia selalu mengutip kata-kata pemazmur: “… Yang menabur dengan bercucuran air mata, akan menuai dengan sorak-sorai” (Mzm 126:6). Kutipan ini menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang dekat dengan sabda Tuhan dan seorang pendoa. Akhirnya dia menerima tahbisan imamat pada usia 39 tahun, pada tgl 15 Agustus 2001 dengan motto imamat: “Ini aku, utulah aku Tuhan”.
Sejak dalam masa pembinaan, Rm. Kukuh sangat berharap kelak menjadi seorang imam yang tinggal di tengah pemukiman orang miskin. Keinginan ini tidak lain merupakan kerinduan terdalamnya untuk menjadi seorang misionaris. Setelah ditahbiskan sebagai imam, dia menjadi misionaris di Kalimantan Barat. Dia melayani umat dan membina calon imam di daerah misi. Dia juga belajar setia menjadi sahabat yang baik bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam hidup dan panggilannya.
Semangat misioner ini selalu hidup dalam diri Rm. Kukuh. Ketika masih menjalani perutusan di sekolah SMAK St. Louis 2 dan melayani umat di Keuskupan Surabaya, Rm. Kukuh menyampaikan keinginannya kepada visitator dengan berkata: “Meskipun saya sudah tua, saya tetap ingin bermisi di PNG”. Meskipun tidak mudah baginya untuk belajar bahasa namun karena keinginannya yang besar untuk bermisi, Rm. Kukuh mau diutus belajar di Chicago, USA. Ketika mengetahui bahwa kondisi kesehatannya tidak memungkinkan dia segera berangkat menjadi misionaris di PNG, Rm. Kukuh menangis. Dia menjelaskan tangisannya itu kepada Rm. Jauhari CM: “Saya rindu untuk bermisi, namun mungkin tidak jadi pergi ke PNG karena kesehatan saya”. Dia sungguh mencintai daerah misi.
Sepulang dari Chicago, semangat menjadi misionaris tetap menjadi sikap batin Rm. Kukuh. Ketika Romo Visitator menanyakan kesehatan dan kesiapannya untuk menanggapi pelayanan pastoral paroki di Keuskupan Manokwari – Sorong, Papua Barat selama 3 (tiga) bulan, dia mengatakan bahwa kesehatannya baik dan siap menanggapi kebutuhan tersebut. Ketika Rm. Paulus Dwintato CM mempertanyakan keputusannya untuk pergi ke Manokwari dengan berkata: “Kuh, mengapa nggak istirahat saja di Kepanjen?”, dia menjawab: “Di sana aku juga beristirahat sambil tetap bisa melayani di Paroki”. Dan juga ketika Rm. Agustinus Ubin CM mempertanyakan keputusannya untuk berangkat ke Manokwari dalam keadaan tidak sehat, dia berkata: “Tuhan menghendakinya. Bahkan, jika mati di daerah misi, itu adalah kebahagiaan besar bagiku!”
Rm. Petrus Kukuh Dono Budomo CM mengakhiri perutusannya sebagai misionaris di dunia ini pada hari Jumat, 16 Mei 2014, Pkl. 10.50 WIT di Manokwari – Sorong, Papua Barat.
Menyimak perjalanan hidup dan perutusan Rm. Kukuh Dono Budomo CM, kita menemukan bahwa dia adalah seorang guru. Dia mengajarkan “Keterbatasan diri bukanlah alasan untuk tidak mencintai Allah dan bermisi.”
Riwayat Pendidikan:
1966-1968 : TK Indriana III, Madiun
1968-1974 : SDK St. Yusuf, Madiun
1874 – 1977 : SMPK St. Bernardus, Madiun
1977-1981 : SMAN 2, Madiun
1983 – 1987 : FKIP UNS, Surakarta
1987 – 1991 : Mengajar di SMAK St. Louis, Cepu – Jawa Tengah
Riwayat Panggilan
1991 – 1992 : Postulat Stella Maris, Malang
1992 – 2001 : Seminari Tinggi CM, Malang
15 Agustus 1993 : Mengucapkan Bonum Propositum;
1997 -1998 :Tahun Pastoral di Paroki Tempunak, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat
27 Nopember 1999 : Kaul kekal
1 Maret 2001 : Tahbisan diakon
15 Agustus 2001 : menerima tahbisan imamat
Riwayat Perutusan
2001 – 2004 : Staf Pembina Seminari Menengah St. Yoh. Maria Vianney – Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat
2001 – 2002 : Pastor Rekan Paroki St. Perawan Maria Diangkat ke Surga, Nanga Pinoh, Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat
2002 – 2007 : Rektor Seminari Menengah St. Yoh. Maria Vianney – Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat
2007 – 2013 : Kepala Sekolah SMAK St. Louis 2, Surabaya
2007 – 2011 :Pastor rekan Paroki Kelahiran St. Perawan Maria, Keuskupan Surabaya
2011 – 2013 : Pastor rekan Paroki Kristus Raja, Keuskupan Surabaya
2013 – Peb 2014: Tugas belajar di De Paul University, Chicago – USA
April-Mei 2014: Membantu pelayanan pastoral paroki di Keuskupan Manokwari- Sorong, Papua Barat