ASAL USUL AI DAN PERKEMBANGANNYA (REFLEKSI DALAM DUNIA TEKNOLOGI- Bagian 1)
(Tulisan ini adalah terjemahan dari artikel yang ditulis oleh Rm. Roger Mamani Choque, CM. Ia menawarkan refleksi tentang hubungan antara Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence–AI) dan Kharisma Vinsensian, yang ditujukan kepada para anggota Gereja dan khususnya mereka yang terlibat dalam misi Vinsensian. Tulisan asli dalam bahasa Inggris dapat dikunjungi di website CM Global: https://cmglobal.org/en/2023/11/11/dont-look-away-from-the-poor-an-appeal-to-the-mission-congregation/).
Pengantar
Artikel ini menawarkan refleksi pribadi tentang hubungan antara Kecerdasan Buatan (AI) dan kharisma Vinsensian, yang ditujukan kepada anggota Gereja dan khususnya mereka yang terlibat dalam misi Vinsensian. Ini bukanlah sebuah penelitian formal, karena tidak ada metodologi ilmiah yang ketat yang digunakan, namun sebuah pendekatan kontemplatif dan praktis tentang bagaimana AI dimasukkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari, sebagai misionaris Vinsensian, anggota Umat Allah.
AI, sebuah teknologi yang sudah masuk ke dalam berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari, memberikan peluang sekaligus tantangan dari sisi etika dan pastoral. Untuk memahami dampaknya, pertama-tama artikel ini akan menyajikan gambaran umum tentang AI: asal usulnya, perkembangannya, dan bagaimana AI memengaruhi kehidupan masyarakat serta fungsi institusi dan bisnis. Tinjauan ini berupaya memberikan konteks untuk memfasilitasi refleksi atas respons kita terhadap kenyataan yang muncul ini.
Pada bagian berikutnya (bagian 2, ed.) artikel ini akan mendekati misi Gereja dari sudut pandang St. Vinsensius a Paulo, mengeksplorasi bagaimana karismanya dapat menginspirasi interaksi kita dengan teknologi modern. St. Vinsensius, dengan kemampuannya untuk merespons kebutuhan zamannya secara kreatif, memberi kita kerangka kerja yang berharga untuk memahami dan beradaptasi terhadap tantangan yang dihadirkan AI dalam konteks saat ini. Melalui tulisan dan warisannya, kami menemukan pedoman untuk mengintegrasikan AI ke dalam misi kami, selalu dengan pandangan etis dan fokus pada martabat manusia.
Terakhir, (bagian 3, ed.) artikel ini menyerukan untuk tetap terbuka terhadap manifestasi kehendak Tuhan dalam peristiwa-peristiwa kontemporer. Era AI menuntut kita untuk memberikan respons yang memadukan kesetiaan terhadap tradisi dengan kesiapan inovatif untuk mengatasi tantangan baru. Refleksi ini mengundang kita untuk merespons secara kreatif dan bertanggung jawab terhadap tuntutan masyarakat dan pentingnya misi pewartaan Kabar Gembira kita, dengan memastikan bahwa penggunaan teknologi sejalan dengan nilai-nilai Injil dan karisma Vinsensian.
Seiring dengan kemajuan kita di era teknologi ini, sangatlah penting bagi para Vinsensian untuk membentuk diri kita secara integral dan secara kritis merenungkan pengaruh AI terhadap kehidupan dan misi kita. Dengan landasan tradisi yang kuat dan komitmen terhadap inovasi, kita dapat menggunakan alat-alat ini dalam upaya untuk memajukan keadilan, kebaikan bersama dan keselamatan jiwa, sambil selalu mempertahankan panggilan kita untuk melayani kelompok yang paling miskin dan paling rentan.
Kecerdasan buatan
Menurut Royal Spanish Academy, kecerdasan buatan (AI) adalah “disiplin ilmu yang berhubungan dengan pembuatan program komputer dimana sistem operasinya sebanding dengan yang dilakukan oleh pikiran manusia, seperti pembelajaran atau penalaran logis” (RAE, 2024). Istilah “kecerdasan buatan” secara resmi diperkenalkan pada Konvensi Dartmouth pada tahun 1956, menggambarkannya sebagai ilmu dan rekayasa untuk menciptakan mesin cerdas, khususnya program komputer dengan kemampuan tingkat lanjut (Hernando et al., 2022).
Kemunculan AI bermula dari upaya untuk men-simulasikan dan me-mekanisasi proses berpikir manusia, sebuah gagasan yang telah diantisipasi oleh Turing pada tahun 1950. Sejak itu, AI telah berkembang secara signifikan, dari teori konseptual menjadi realitas teknologi dengan aplikasi praktis. Pada tahun 1990-an, meskipun AI belum secanggih yang kita kenal sekarang, AI telah meletakkan dasar bagi perkembangannya sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Pada tahun 2000an, kemajuan AI meningkat berkat tiga faktor utama: peningkatan kemampuan pembelajaran, akumulasi data yang sangat besar, dan pengembangan algoritma pembelajaran mendalam (Kelley, 2017). Kemajuan ini memungkinkan AI untuk mengatasi banyak keterbatasan di awal kemunculannya dan mulai berintegrasi ke dalam kehidupan kita sehari-hari.
Saat ini, AI memainkan peran penting dalam revolusi teknologi, mendukung inovasi di berbagai bidang seperti robotika, nanoteknologi, internet, pencetakan 3D, komputasi kuantum, dan kendaraan otonom (Hernando et al., 2022). Menurut UNESCO’s World Commission tentang Etika Pengetahuan dan Teknologi Ilmiah (2019), AI didefinisikan sebagai kemampuannya meniru fungsi tertentu dari kecerdasan manusia, seperti persepsi, pembelajaran, penalaran, pemecahan masalah, interaksi linguistik, dan produksi kreatif.
Secara teknis, AI terdiri dari beberapa cabang dan metodologi, di antaranya yang terpenting adalah:
- Pembelajaran Mesin: Sub-bidang AI yang berfokus pada pengembangan algoritma yang memungkinkan mesin belajar dari data. Pembelajaran ini dapat diawasi (dengan data berlabel) atau tanpa pengawasan (tanpa data berlabel).
- Pembelajaran yang diawasi: Melibatkan model pelatihan dengan kumpulan data berlabel, tempat algoritma belajar memprediksi atau mengklasifikasikan data baru berdasarkan pola yang dipelajari.
- Pembelajaran tanpa pengawasan: Melibatkan algoritma yang menganalisis data tanpa label untuk menemukan struktur atau cluster tersembunyi tanpa panduan jawaban yang telah ditentukan sebelumnya.
- Pembelajaran Mendalam: Bagian dari pembelajaran mesin yang menggunakan jaringan saraf dalam untuk memodelkan pola kompleks dalam data besar. Pendekatan ini telah mendorong kemajuan dalam pengenalan gambar, pemrosesan bahasa alami, dan lain-lain.
- Pembelajaran Penguatan: Sebuah metode di mana agen belajar membuat keputusan dalam lingkungan yang dinamis melalui trial and error, mengoptimalkan perilakunya melalui penghargaan dan hukuman.
Selain pendekatan-pendekatan ini, AI mencakup teknologi seperti sistem pakar, otomatisasi proses robotik, robotika, dan sistem pemrosesan bahasa alami (UNIR, 2024). Meskipun AI tidak menggantikan tenaga ahli, AI memperkuat kemampuan mereka dengan melakukan tugas-tugas kompleks yang memerlukan pemrosesan data intensif dan pembelajaran berkelanjutan.
Penting untuk diingat bahwa AI, meskipun kuat, dirancang untuk tugas-tugas tertentu dan tidak memiliki keterampilan umum seperti mengelola aktivitas yang memerlukan penilaian etis atau empatik (Hernando et al., 2022). AI melengkapi namun tidak menggantikan kebutuhan akan campur tangan manusia di banyak bidang, sehingga kita perlu menyoroti perannya sebagai alat yang meningkatkan kemampuan kita.
Kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dan, menurut UNESCO (2021), telah memunculkan sejumlah teknologi canggih yang semakin banyak ditawarkan sebagai layanan. Teknologi ini terintegrasi ke dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari dan profesional, mengubah cara kita berinteraksi dengan informasi, perangkat, dan satu sama lain. Berikut rincian bagaimana teknologi ini membentuk lanskap AI saat ini:
- Natural Language Processing (NLP): NLP adalah cabang AI yang berfokus pada interaksi antara komputer dan bahasa manusia. Ini mencakup kemampuan untuk menafsirkan, menganalisis, dan menghasilkan teks secara otomatis. Aplikasi PLN berkisar dari penerjemahan mesin dan pembuatan ringkasan hingga melakukan analisis semantik mendalam untuk memahami konteks kompleks dalam teks.
- Pengenalan ucapan: Teknologi ini diterapkan PLN pada bahasa lisan, sehingga mesin dapat memahami dan memproses suara manusia. Ini hadir di perangkat seperti ponsel pintar, asisten pribadi AI (seperti Siri atau Alexa), dan chatbots yang dapat melakukan tugas menggunakan perintah suara. Akurasi dan kegunaannya telah meningkat secara signifikan berkat kemajuan model pembelajaran mendalam.
- Pengenalan dan pemrosesan gambar: Ini melibatkan penggunaan AI untuk menafsirkan dan memanipulasi gambar. Teknologi ini mencakup aplikasi untuk pengenalan wajah, identifikasi objek, pengenalan tulisan tangan, dan manipulasi gambar untuk berbagai tujuan, mulai dari keamanan hingga seni digital. Kendaraan otonom juga mengandalkan teknologi ini untuk menganalisis dan bereaksi terhadap lingkungannya secara real time.
- Agen otomatis: Ini mencakup berbagai sistem otomatis, seperti avatar dalam permainan komputer, bot perangkat lunak (berbahaya atau tidak berbahaya), pendamping virtual, dan robot cerdas. Agen-agen ini dapat berinteraksi secara mandiri dengan pengguna atau sistem lain, memberikan respons dan melakukan tindakan berdasarkan kemampuan pemrograman dan pembelajaran mereka.
- Deteksi pengaruh: Teknologi ini menganalisis dan merespons emosi manusia dengan memproses teks, perilaku, dan ekspresi wajah. Ini digunakan dalam aplikasi mulai dari layanan pelanggan hingga pemantauan kesehatan mental, memberikan interaksi yang lebih personal dan empati berdasarkan interpretasi perasaan dan emosi.
- Penambangan data untuk prediksi: Menggunakan teknik canggih untuk mengekstrak pola-pola bermakna dari kumpulan data besar. Aplikasinya mencakup diagnostik medis, prakiraan cuaca, proyeksi bisnis, manajemen kota pintar, prediksi keuangan, dan deteksi penipuan. Penambangan data memungkinkan organisasi untuk membuat keputusan berdasarkan analisis prediktif dan pemodelan tren.
- Kreativitas buatan: Ini mengacu pada sistem yang mampu menghasilkan konten kreatif seperti foto, musik, karya seni, dan narasi. Sistem ini menggunakan algoritma generatif yang dapat menggabungkan, mengubah, dan membuat konten baru, meniru, dan terkadang melampaui kemampuan manusia dalam bidang kreativitas tertentu.
(…bersambung ke edisi berikutnya- bagian 2)
Rm. Roger Mamani Choque, CM